IGI sebuah akronim yang tidak asing di telinga para guru di seantero negeri Indonesia, dimana ketika terdengar nama IGI seringkali mengusik ketenangan organisasi profesi guru tertua di negeri ini. Namun hal tersebut tidak menjadi halangan bagi IGI untuk bergerak maju, merangkul semua kalangan terutama kalangan guru untuk memecahkan permasalahan bangsa yang terkait dengan masalah pendidikan yang begitu kompleks.
Gurulah the real leader. Gurulah yang memegang
peran sebagai leader of change. Sehingga untuk dapat menjadi pemimpin
perubahan, guru harus melakukan perubahan dulu dari dalam dirinya
sendiri. Perubahan yang positif agar mampu menggerakkan tiap elemen bangsa ini. Gurulah yang harus
menyelesaikan masalah pendidikan. Guru dalam istilah jawa memiliki makna digugu lan ditiru, maka tidak
selayaknya guru merengek-rengek meminta pihak mana pun untuk mengubah
dirinya. Itulah
sebabnya mengapa Ikatan Guru Indonesia (IGI) didirikan.
Pendirian IGI sebagai salah satu organisasi profesi guru mendapat reaksi keras dari organisasi profesi guru tertua, ibarat kakak yang belum bisa menerima kehadiran adiknya. Karena ada rasa tidak ingin tersaingi dari sang kakak. Namun hal tersebut tidak menyurutkan langkah IGI, dengan aksi nyata melalui pelatihan-pelatihan peningkatan kompetensi guru Sambutan para guru di berbagai kota di Indonesia nampaknya cukup baik,
sehingga di mana-mana kegiatan yang diadakan IGI selalu disambut hangat.
Beberapa kota dan propinsi bahkan mulai mendirikan perwakilan
cabang/wilayah. Apresiasi yang diberikan Mendiknas, Dirjen PMPTK dan
beberapa pejabat di Kemdiknas, serta dukungan pemerintah daerah
(Gubernur dan Bupati/Walikota) setempat, makin mempercepat pertumbuhan
organisasi ini.
Apa yang saya tulis di atas merupakan sebuah realita, dimana memang pada kenyataannya IGI lebih banyak bergerak dan beraksi nyata untuk peningkatan kompetensi guru, IGI juga tidak berafiliasi dengan partai politik tertentu serta hanya berpikir obah rupiah dimana tiap anggotanya harus dibebani iuran tiap bulan, belum lagi pungutan untuk alasan ini dan itu. Nikmat apa yang saya dustakan ketika secara sukarela memutuskan untuk menjadi anggota IGI? Hanya dengan uang lima puluh ribu rupiah untuk mendaftar, kita sudah mendapatkan berbagai macam fasilitas dalam satu kartu sakti yang tidak perlu kita perpanjang tiap beberapa tahun disertai dengan pendaftaran lagi. Ya kartu anggota IGI memang sakti, banyak anggota IGI yang sudah merasakannya. fasilitas Garuda Miles, TOT Literasi IGI, hingga pelatihan online SAGUSAKOM, SAGUSABLOG, SAGUSAKA, dan SAGUSANOV.
Tidak hanya kartunya yang sakti, anggota dan pengurus IGI pun semuanya orang-orang yang "berkemauan keras". Berkemauan keras untuk meningkatkan kompetensinya serta kompetensi rekan-rekannya. Ibarat dunia persilatan, IGI menjadi wadahnya para pendekar untuk mengasah kemampuan ilmu silatnya sekaligus berguru pada master-master yang ahli di bidangnya. Sungguh IGI benar-benar hadir sebagai nikmat yang harus kita syukuri. Jadi masih ingin memandang IGI dengan sebelah mata? Tunggu apalagi, segera ubah sudut pandang anda dan segeralah putuskan untuk bergabung bersama IGI,Sharing and Growing Together dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Negeri kita tercinta ini.